Definition List

Apple tree in Malang city

Malang adalah salah satu daerah penghasil Apel terbesar di Malang

Hasil Olahan Apel

Yuk, belajar mengenali Buah Lokal, di Malang ada Apel Batu.

Yuk, budayakan makan buah

Buah Lokal akan lebih segar karena waktu antara penjual dan konsumen akan lebih singkat daripada buah impor

Apple Cider Vinegar

Delicious and healthy

Buah-Buahan Tropis Indonesia

Buah-buahan tropis sangat melimpah di Indonesia

Kamis, 26 November 2015

Pests and Diseases


1.    HAMA
a.         Kutu hijau (Aphis pomi Geer)
Gejalanya yaitu nimfa maupun kutu dewasa menyerang dengan mengisap cairan sel-sel daun secara berkelompok dipermukaan daun muda,  kutu menghasilkan embun madu yang merangsang tumbuhnya jamur hitam, daun menjadi mengkerut, keriting, dan terlambat berbunga. Adapun pengendaliannya dapat dilakukan dengan sanitasi kebun, pengaturan jarak tanam, menggunakan musuh alami coccinellidae lycosa, dengan penyemprotan Supracide 40 EC (ba Metidation) dosis 2 cc/liter air atau 1-1,6 liter, Supracide 40 EC dalam 500-800 liter/ha air dengan interval penyemprotan 2 minggu sekali,  Convidor 200 SL (b.a. Imidakloprid) dosis 0,125-0,250 cc/liter air.
b.         Tungau, Spinder mite, cambuk merah (panonychus Ulmi)
Gejalanya yaitu menyerang daun dengan menghisap cairan sel-sel daun, menimbulkan bercak kuning, buram, cokelat, dan mengering, pada buah menyebabkan bercak keperak-perakan atau coklat. Adapun pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan musah alami coccinellidae dan lycosa,  penyemprotan Akarisida Omite 570 EC sebanyak 2 cc/liter air atau 1 liter Akarisida Omite 570 EC dalam 500 liter air per hektar dengan interval 2 minggu.
c.         Trips
Gejalanya yaitu menjerang daun, kuncup/tunas, dan buah yang masih sangat muda,  pada daun terlihat berbintik-bintik putih, kedua sisi daun menggulung ke atas dan pertumbuhan tidak normal, daun pada ujung tunas mengering dan gugur,  pada daun meninggalkan bekas luka berwarna coklat abu-abu. Adapun pengendaliannya dapat dilakukan secara mekanis dengan membuang telur-telur pada daun dan menjaga agar lingkungan tajuk tanaman tidak terlalu rapat, penyemprotan dengan insektisida seperti Lannate 25 WP (b.a.Methomyl) dengan dosis 2 cc/liter air atau Lebaycid 550 EC (b.a. Fention) dengan dosis 2 cc/liter air pada sat tanaman sedang bertunas, berbunga, dan pembentukan buah.
d.        Ulat daun (Spodoptera litura)
Gejalanya yaitu menyerang daun, mengakibatkan lubang-lubang tidak teratur hingga tulang-tulang daun. Adapun pengendaliannya dapat dilakukan secara mekanik dengan membuang telur-telur pada daun dan  dengan penyemprotan seperti Tamaron 200 LC (b.a Metamidofos) dan Nuvacron 20 SCW (b.a. Monocrotofos).
e.         Serangga penghisap daun (Helopelthis Sp)
Gejalanya yaitu menyerang pada segala waktu atau saat keadaan berawan, menyerang daun muda, tunas dan buah buah dengan cara menhisap cairan sel, daun yang terserang menjadi coklat dan perkembanganya tidak simetris,  tunas yang terserang menjadi coklat, kering dan akhirnya mati, serangan pada buah menyebabkan buah menjadibercak-bercak coklat, nekrose. Adapun pengendalian dapat dilakukan secara mekanis dengan cara pengerondongan atap plastik/pembelongsongan buah dan penyemprotan dengan insektisida seperti Lannate 25 WP (b.a. Metomyl), Baycarb 500 EC (b.a. BPMC), yang dilakukan pada sore atau pagi hari.
f.          Ulat daun hitam (Dasychira Inclusa Walker)
Gejalanya yaitu menyerang daun tua dan muda, tanaman yang terserang tinggal tulang daundaunnya dengan kerusakan 30%. Adapun pengendalian dapat dilakukan secara mekanis dengan membuang telur-telur yang biasanya diletakkan pada daun dan penyemprotan insektisida seperti: Nuvacron 20 SCW (b.a. Monocrotofos) dan Matador 25 EC.

2.    PENYAKIT
a.         Penyakit embun tepung (Powdery Mildew)
Gejalanya yaitu pada daun atas tampak putih, tunas tidak normal, kerdil dan tidak berbuah, serta  pada buah berwarna coklat, berkutil coklat. Adapun pengendalian dengan memotong tunas atau bagian yang sakit dan dibakar dan dengan menyemprotkan fungisida Nimrod 250 EC 2,5-5 cc/10 liter air (500liter/Ha) atau Afugan 300 EC 0,5-1 cc/liter air (pencegahan) dan 1-1,5 cc/liter air setelah perompesan sampai tunas berumur 4-5 minggu dengan interval 5-7 hari.
b.         Penyakit bercak daun (Marssonina coronaria J.J. Davis)
Gejalanya yaitu  pada daun umur 4-6 minggu setelah perompesan terlihat bercak putih tidak teratur, berwarna coklat, permukaan atas timbul titik hitam, dimulai dari daun tua, daun muda hingga seluruh bagian gugur. Adapun pengendalian dengan mengatur jarak tanam tidak terlalu rapat, bagian yang terserang dibuang dan dibakar, dan disemprot fungisida Agrisan 60 WP 2 gram/liter air, dosis 1000-2000 gram/ha sejak 10 hari setelah rompes dengan interval 1 minggu sebanyak 10 aplikasi atau Delseme MX 200 2 gram/liter air, Henlate 0,5 gram/liter air sejak umur 4 hari setelah rompes dengan interval 7 hari hingga 4 minggu.
c.         Penyakit kanker (Botryosphaeria Sp.)
Gejalanya yaitu menyerang batang/cabang (busuk, warna coklat kehitaman, terkadang mengeluarkan cairan), dan buah (becak kecil warna cokelat muda, busuk, mengelembung, berair dan warna buah pucat. Adapun pengendalian dengan cara tidak memanen buah terlalu masak, mengurangi kelembapan kebun, membuang bagian yang sakit, pengerokkan batang yang sakit lalu diolesi fungisida Difolatan 4 F 100 cc/10 liter air atau Copper sandoz, dan disemprot Benomyl 0,5 gram/liter air, Antracol 70 WP 2 gram/liter air.
d.        Busuk buah (Gloeosporium Sp.)
Gejalanya yaitu bercak kecil cokelat dan bintik-bintik hitam berubah menjadi orange. Adapun pengendalian yaitu dengan tidak memetik buah terlalu masak dan pencelupan dengan Benomyl 0,5 gram/liter air untuk mencegah penyakit pada penyimpanan.
e.         Busuk akar (Armilliaria Melea)

Gejalanya yaitu menyerang tanaman apel pada daerah dingin basah, ditandai dengan layu daun, gugur, dan kulit akar membusuk. Adapun pengendalian dengan eradifikasi yaitu membongkar/mencabut tanaman yang terserang beserta akar-akarnya, bekas lubang tidak ditanami minimal 1 tahun.

Sabtu, 21 November 2015

Teknologi Produksi Buah Apel


TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN APEL (Malus domestica)

A. BUDIDAYA

1. Pembibitan
Teknik perbanyakan generatif dilakukan dengan biji, sedangkan perbanyakan vegetatif dilakukan dengan okulasi atau penempelan (budding), sambungan (grafting) dan stek.

2. Pengolahan Media Tanam
  • Persiapan

Persiapan pengolahan tanah dan pelaksanaan survai. Tujuannya untuk mengetahui jenis tanaman, kemiringan tanah, keadaan tanah, menentukan kebutuhan tenaga kerja, bahan paralatan dan biaya yang diperlukan.
  • Pembukaan Lahan

Tanah diolah dengan cara mencangkul tanah sekaligus membersihkan sisa-sisa tanaman yang masih tertinggal
  • Pengapuran
Pengapuran hanya dilakukan apabila ph tanah kurang dari 6.
  • Pemupukan
Pupuk yang diberikan pada pengolahan lahan adalah pupuk kandang sebanyak 20 kg per lubang tanam yang dicampur merata dengan tanah, setelah itu dibiarkan selama 2 minggu.

3. Teknik Penanaman
  • Penentuan Pola Tanam
Jarak tanam yang ideal untuk tanaman apel tergantung varietas. Untuk varietas Manalagi dan Prices Moble adalah 3-3.5 x 3.5 m, sedangkan untuk varietas Rome Beauty dan Anna dapat lebih pendek yaitu 2-3 x 2.5-3 m.
  • Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang tanam antara 50 x 50 x 50 cm sampai 1 x 1 x 1 m. Tanah atas dan tanah bawah dipisahkan, masing-masing dicampur pupuk kandang sekurangkurangnya 20 kg. Setelah itu tanah dibiarkan selama ± 2 minggu, dan menjelang tanam tanah galian dikembalikan sesuai asalnya.
  • Cara Penanaman
Penanaman apel dilakukan baik pada musim penghujan atau kemarau (di sawah). Untuk lahan tegal dianjurkan pada musim hujan.

4. Pemeliharaan Tanaman
  • Penjarangan dan penyulaman
  • Penyiangan
  • Pembubunan
Pembubunan dimaksudkan untuk meninggikan kembali tanah disekitar tanaman agar tidak tergenang air dan juga untuk menggemburkan tanah. Pembubunan biasanya dilakukan setelah panen atau bersamaan dengan pemupukan.
  • Perempalan/Pemangkasan
Bagian yang perlu dipangkas adalah bibit yang baru ditanam setinggi 80 cm, tunas yang tumbuh di bawah 60 cm, tunas-tunas ujung beberapa ruas dari pucuk, 4-6 mata dan bekas tangkai buah, knop yang tidak subur, cabang yang berpenyakit dan tidak produkrif, cabang yang menyulitkan pelengkungan, ranting atau daun yang menutupi buah. Pemangkasan dilakukan sejak umur 3 bulan sampai didapat bentuk yang diinginkan(4-5 tahun).
  • Pemupukan
a) Pada musim hujan/tanah sawah
1. Bersamaan rompes daun (< 3 minggu). NPK (15-15-15) 1-2 kg/pohon atau campuran Urea, TSP, KCl/ZK ± 3 kg/pohon (4:2:1).
2. Melihat situasi buah, yaitu bila buah lebat (2,5-3 bulan setelah rompes. NPK (15-15-15) 1 kg/pohon atau campuran Urea, TSP dan KCl/ZK ± 1 kg/pohon (1:2:1)
b) Musim kemarau/tanah tegal
1. Bersamaan rompes tidak diberi pupuk (tidak ada air).
2. 2-3 bulan setelah rompes (ada hujan). NPK (15-15-15) 1-2 kg/pohon atau campuran Urea, TSP, dan KCl/ZK ± 3 kg/pohon (4:2:1). 
Selain itu perlu digunakan zat pengatur tumbuh Dormex sekali setahun setelah rompes (jangan sampai 10 hari setelah rompes) sebanyak 2600 liter larutan dengan dosisi 3 liter/200 literair.
  • Pengairan dan Penyiraman
  • Penyemprotan Pestisida
Untuk pencegahan, penyemprotan dilakukan sebelum hama menyerang tanaman atau secara rutin 1-2 minggu sekali dengan dosis ringan.
  • Pemeliharaan Lain
a) Perompesan
Perompesan dilakukan untuk mematahkan masa dorman didaerah sedang.
b) Pelengkungan cabang
Setelah dirompes dilakukan pelengkungan cabang untuk meratakan tunas lateral, agar memacu pertumbuhan tunas yang berarti mamacu terbentuknya buah.
c) Penjarangan buah
Penjarangan dilakukan untuk meningkatkan kualitas buah.
d) Pembelongsongan buah
Tujuan buah terhindar dari serangan burung dan kelelawar dan menjaga warna buah mulus.
e) Perbaikan kualitas warna buah
Peningkatan warna buah dapat dilakukan dengan bahan kimia Ethrel, Paklobutrazol, 2,4 D baik secara tunggal maupun kombinasi.

B. PANEN

1. Ciri dan Umur Panen
Umumnya, buah apel dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah bunga mekar, tergantung pada varietas dan iklim.
2. Cara Panen
Pemetikan apel dilakukan dengan cara memetik buah dengan tangan secara serempak untuk setiap kebun.
3. Periode Panen
Periode panen apel adalah enam bulan sekali berdasarkan siklus pemeliharaan yang telah dilakukan.
4. Prakiraan Produksi
Produksi buah apel sangat tergantung dengan varietas, secara umum produksi apel adalah 6-15 kg/pohon.

C. PASCA PANEN

1. Pengumpulan
Pengumpulan dilakukan dengan hati-hati dan jangan ditumpuk dan dilempar-lempar, lalu dibawa dengan keranjang ke gudang untuk diseleksi.
2. Penyortiran dan Penggolongan
Penyortiran dilakukan untuk memisahkan antara buah yang baik dan bebas penyakit
dengan buah yang jelek atau berpenyakit. Penggolongan dilakukan untuk mengklasifikasikan produk berdasarkan jenis varietas, ukuran dan kualitas buah.
3. Penyimpanan
Buah Apel dapat disimpan lebih lama dibanding dengan buahan lain. Untuk penyimpanan lebih lama (4-7 bulan), harus disimpan pada suhu minus 6-0 derajat C dengan precooling 2,2 derajat C.
4. Pengemasan dan Transportasi
Kemasan yang digunakan adalah kardus dengan ukuran 48 x 33 x 37 cm dengan berat 35 kg buah apel. Dasar dan diatas susunan apel perlu diberi potongan kertas dan disusun miring (tangkai sejajar panjang kotak). Dasar kotak diisai 3-3 atau 2-2 atau berselang 3-2 saling menutup ruang antar buah.

Sumber: Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS

Selasa, 17 November 2015

Love Indonesia Love Local Fruit


Buah Lokal dan Buah Impor

Adanya globalisasi pangan membuat keberadaan buah lokal mulai tersaingi oleh masuknya buah-buah import yang berasal dari negara subtropis lain. Masuknya buah impor ini memberi alternatif tersendiri bagi konsumen. Dimana sebagian besar konsumen lebih memilih buah impor dengan tampilan yang lebih baik dibandingkan buah lokal yang tampilannya kusam namun memiliki banyak keunggulan. Dari segi kesehatan, peranan buah lokal sangatlah penting dalam memenuhi kebutuhan gizi manusia. Yang terutama yaitu sebagai sumber protein, vitamin, mineral nabati, dan bahan antioksida yang diperlukan dalam kesehatan.Tampilan buah lokal yang tampak kusam justru memiliki khasiat yang bagus bagi kesehatan jika dibandingkan dengan buah import yang tampilannya bagus namun mengandung bahan kimia seperti lapisan lilin untuk mengawetkan buah yang justru mengurangi kualitas dari buah itu sendiri (Susanto, 2014). Menurut Sumarwan (1999) membanjirnya buah impor pada saat sebelum krisis moneter telah memojokkan buah-buahan lokal, persaingan yang datang dari luar serta kebijakan pemerintah yang kurang kondusif menyebabkan banyak petani yang semakin terpuruk. Buah lokal memiliki banyak ragam, baik dari jenis maupun warnanya. Ragam warna buah tersebut juga dapat menentukan khasiat apa saja yang terkandung di dalamnya. Misalnya pada buah apel yang tampilannnya kurang bagus tersebut tumbuh tanpa pestisida sehingga lebih baik untuk dikonsumsi, namun tetap mengupas kulit sebelum dimakan. Seperti yang dikatakan oleh pakar nutrisi, Emilia E. Achmadi, MS, RD bahwa buah impor sebenarnya hanya menang gengsi

Senin, 16 November 2015

We LOVE LOCAL FRUIT

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

See you again guys, Ini adalah blog akademik dengan tujuan menambah wawasan kita tentang produksi Apel Malang di Indonesia. Yuk, gunakan blog sebagai media sarana sharing. Pecinta Buah lokal terutama apel malang tunggu update-an kita setiap hari ya tentang kegiatan kita dengan tujuan mengangkat buah lokal dalam negeri terutama buah Apel.
sumber : malangkab.go.id